Pada 25 Oktober 2024, Kejaksaan Agung Republik Indonesia melalui Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) mengungkap temuan mengejutkan dalam penggeledahan rumah mantan pejabat Mahkamah Agung, Zarof Ricar. Penyidik menemukan uang tunai dan emas batangan dengan total nilai hampir Rp1 triliun. Temuan ini tidak hanya mengejutkan publik, tetapi juga menyoroti praktik suap dan gratifikasi yang merusak integritas lembaga peradilan Indonesia.

---

Penggeledahan dan Temuan Barang Bukti

Penggeledahan dilakukan di dua lokasi: rumah Zarof Ricar di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, dan kamar hotel Le Meridien di Bali tempat Zarof menginap saat ditangkap. Di rumahnya, penyidik menemukan uang tunai dalam berbagai mata uang asing dan rupiah, serta emas batangan seberat 51 kilogram. Rinciannya adalah sebagai berikut:

• Rp5.725.075.000
• 74.494.427 dolar Singapura
• 1.897.362 dolar Amerika Serikat
• 483.320 dolar Hong Kong
• 71.200 euro

Total nilai barang bukti yang ditemukan mencapai Rp920.912.303.714. Selain itu, ditemukan juga barang elektronik seperti ponsel, laptop, dan flashdisk yang diduga terkait dengan tindak pidana yang sedang diselidiki.

---

Reaksi Penyidik dan Dampak Temuan

Direktur Penyidikan Jampidsus, Abdul Qohar, menyatakan bahwa temuan tersebut sangat mengejutkan. Penyidik bahkan nyaris pingsan saat melihat jumlah uang yang begitu besar. Temuan ini mengindikasikan adanya praktik suap dan gratifikasi yang berlangsung selama lebih dari satu dekade. Zarof Ricar mengaku menerima uang tersebut sebagai hasil pengurusan perkara di Mahkamah Agung antara tahun 2012 hingga 2022.

Kasus ini menjadi sorotan karena jumlah uang yang ditemukan sangat besar dan tidak sesuai dengan laporan harta kekayaan yang disampaikan Zarof Ricar ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Maret 2022, yang hanya mencantumkan harta sebesar Rp51 miliar. Temuan ini menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan akuntabilitas pejabat publik dalam melaporkan harta kekayaan mereka.

---

Proses Hukum dan Status Tersangka

Setelah temuan tersebut, Kejaksaan Agung menetapkan Zarof Ricar sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan suap. Proses hukum terus berjalan, dan Zarof Ricar menghadapi dakwaan yang serius terkait dengan praktik suap dan gratifikasi yang merusak sistem peradilan di Indonesia

---

Reaksi Masyarakat dan Pakar Hukum

Kasus ini menuai reaksi keras dari masyarakat dan pakar hukum. Hardjuno Wiwoho, seorang pakar hukum dan pegiat antikorupsi, menyatakan bahwa temuan uang dalam jumlah fantastis ini menunjukkan adanya krisis serius dalam sistem hukum Indonesia. Menurutnya, temuan ini mencerminkan lemahnya pengawasan dan akuntabilitas di tingkat tertinggi peradilan.

Masyarakat juga menuntut agar kasus ini diusut tuntas dan para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Kasus ini menjadi simbol pentingnya reformasi dalam sistem peradilan Indonesia untuk memastikan bahwa keadilan dapat ditegakkan tanpa adanya intervensi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

---

Langkah Ke Depan

Kejaksaan Agung berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini dan memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam praktik suap dan gratifikasi di Mahkamah Agung dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, kasus ini menjadi momentum penting untuk melakukan reformasi dalam sistem peradilan Indonesia guna mencegah terjadinya praktik serupa di masa depan.

---

Kesimpulan

Temuan uang tunai dan emas seberat 51 kilogram di rumah Zarof Ricar mengungkap praktik suap dan gratifikasi yang merusak integritas lembaga peradilan Indonesia. Kasus ini menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa praktik korupsi di sektor peradilan harus diberantas secara tuntas. Reformasi dalam sistem peradilan Indonesia menjadi hal yang mendesak untuk memastikan bahwa keadilan dapat ditegakkan tanpa adanya intervensi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga : Kader PSI Dian Sandi Utama Diperiksa 5 Jam, Digali Niat Posting Ijazah Jokowiz