Uncategorized

Hadiri Pembukaan PRJ 2025, Pramono Anung: Jakarta Fair Terus Tumbuhkan Ekonomi Nasional

Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2025 kembali digelar dengan kemegahan dan antusiasme tinggi dari masyarakat. Ajang tahunan yang menjadi ikon perayaan ulang tahun Ibu Kota ini dibuka secara resmi pada pertengahan Juni di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat.

Pembukaan PRJ tahun ini terasa istimewa dengan hadirnya Sekretaris Kabinet RI, Pramono Anung, yang secara simbolis membuka perhelatan bersama pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan perwakilan pelaku usaha. Kehadiran Pramono mencerminkan dukungan kuat dari pemerintah pusat terhadap peran strategis Jakarta Fair dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jakarta Fair bukan sekadar pesta rakyat, tetapi juga sarana memperkuat ekonomi domestik, terutama sektor UMKM dan industri kreatif,” ujar Pramono di hadapan ribuan pengunjung yang memadati arena pembukaan.

Pramono

BAB 2: Sejarah dan Signifikansi PRJ dalam Ekonomi Nasional

PRJ bukanlah kegiatan baru. Pertama kali digelar pada 1968 atas inisiatif Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, Jakarta Fair menjadi medium penting untuk mempertemukan produsen dan konsumen secara langsung. Dengan latar belakang tersebut, PRJ telah bertransformasi dari sekadar pameran dagang menjadi fenomena budaya, ekonomi, dan hiburan.

PRJ kini menjadi platform penting bagi ribuan pelaku usaha untuk memperkenalkan produk dan jasanya. Dari korporasi besar hingga pelaku UMKM lokal, semuanya hadir memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan ajang ini. Jakarta Fair juga memberikan multiplier effect yang signifikan bagi ekonomi lokal dan nasional.

Menurut Pramono, “Efek ekonomi dari PRJ itu bukan hanya dari transaksi jual beli yang terjadi di sini. Tetapi juga dari sektor pendukung seperti transportasi, akomodasi, kuliner, hingga sektor kreatif.”

BAB 3: PRJ 2025—Lebih Besar, Lebih Inklusif

Tahun 2025, PRJ hadir dengan tema “Bersatu dalam Inovasi, Tumbuh Bersama Ekonomi Bangsa”. Tema ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat fondasi ekonomi Indonesia.

Dengan total area pameran mencapai lebih dari 130.000 meter persegi, PRJ 2025 diikuti oleh lebih dari 2.700 peserta pameran, terdiri dari perusahaan multinasional, BUMN, startup, hingga UMKM binaan berbagai kementerian dan lembaga. Tahun ini, ada peningkatan signifikan dalam partisipasi pelaku industri teknologi hijau dan energi terbarukan, sejalan dengan arah kebijakan pemerintah menuju transisi energi.

“Kami memastikan bahwa PRJ menjadi ajang inklusif, bukan hanya untuk perusahaan besar, tapi juga bagi pelaku usaha mikro dan menengah yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia,” ucap Pramono.

BAB 4: Sorotan Khusus—Peran UMKM di PRJ 2025

Salah satu daya tarik utama PRJ adalah keberpihakan kuat terhadap UMKM. Di PRJ 2025, lebih dari 1.000 booth disediakan khusus untuk pelaku UMKM yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dukungan terhadap UMKM terlihat dari kemudahan fasilitas, subsidi sewa, hingga pelatihan-pelatihan intensif yang diberikan sebelum event berlangsung. Kementerian Koperasi dan UKM, bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, turut mendorong peningkatan kualitas produk UMKM agar mampu bersaing di pasar nasional dan internasional.

Pramono menyebutkan, “UMKM adalah tulang punggung ekonomi kita. Dengan PRJ, mereka mendapatkan akses pasar yang jauh lebih luas. Pemerintah berkomitmen penuh untuk mendampingi mereka.”

BAB 5: Inovasi Digital dan Teknologi di PRJ 2025

Jakarta Fair juga tidak tertinggal dari perkembangan teknologi. Tahun ini, platform digital digunakan secara maksimal untuk memperluas jangkauan pengunjung dan transaksi. Melalui aplikasi resmi dan website interaktif, pengunjung bisa membeli tiket, mengakses peta lokasi, melihat jadwal acara, hingga berbelanja produk unggulan secara online.

Sejumlah startup teknologi juga hadir di area inovasi digital, memperkenalkan solusi cerdas untuk kehidupan sehari-hari. Mulai dari smart home, aplikasi pertanian berbasis IoT, hingga platform pendidikan berbasis AI.

Menurut Pramono, “Transformasi digital harus kita rangkul. PRJ menjadi tempat yang sangat tepat untuk memperkenalkan inovasi-inovasi anak bangsa.”

BAB 6: Hiburan Rakyat – Daya Tarik Tak Terpisahkan

Tak hanya pameran dagang, PRJ 2025 juga menampilkan berbagai konser musik, pertunjukan budaya, parade karnaval, dan wahana permainan. Grup musik papan atas seperti Ungu, Slank, Armada, dan Dewa 19 dijadwalkan tampil di panggung utama, menyedot puluhan ribu pengunjung setiap malam.

Acara hiburan di PRJ tidak hanya menjadi atraksi semata, tetapi juga peluang besar bagi sektor ekonomi kreatif. Ribuan kru panggung, teknisi, pekerja seni, dan pelaku kuliner mendapatkan penghasilan dari perhelatan ini.

“Hiburan di PRJ bukan hanya untuk senang-senang. Di balik itu, ada ekonomi yang bergerak, ada pekerja yang hidup dari sini,” kata Pramono.

BAB 7: PRJ sebagai Barometer Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

Pandemi COVID-19 meninggalkan dampak besar pada ekonomi Indonesia. Kini, dengan kondisi yang mulai pulih, Jakarta Fair menjadi simbol penting dari kebangkitan ekonomi. Data dari panitia menunjukkan bahwa transaksi selama PRJ 2024 menembus angka Rp 7,3 triliun, dan pada 2025 diharapkan meningkat hingga Rp 8 triliun.

Kehadiran masyarakat yang begitu besar juga menandakan pulihnya daya beli, optimisme pasar, serta meningkatnya kepercayaan terhadap pemulihan ekonomi. “Kita patut bersyukur dan terus menjaga momentum ini. PRJ adalah refleksi dari ekonomi rakyat yang terus bangkit,” tambah Pramono.

BAB 8: Dampak Ekonomi Riil – Laporan dan Data

Dampak PRJ terhadap ekonomi nasional tidak hanya berbentuk transaksi. Sebuah laporan dari Bappenas mencatat bahwa setiap penyelenggaraan PRJ menciptakan setidaknya 35.000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung, dari sektor logistik, jasa keamanan, makanan dan minuman, hingga transportasi daring.

Sektor perhotelan di sekitar Jakarta Pusat mencatat peningkatan okupansi hingga 90% selama event berlangsung. Begitu pula sektor transportasi dan kuliner yang mengalami lonjakan omzet hingga 70%.

“Ini menunjukkan bahwa PRJ adalah lokomotif ekonomi daerah dan nasional. Manfaatnya nyata, bukan hanya seremonial,” kata Pramono.

BAB 9: Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski sukses besar, penyelenggaraan PRJ tidak luput dari tantangan. Beberapa isu seperti kemacetan lalu lintas di sekitar JIExpo, antrean panjang di pintu masuk, hingga keluhan soal harga tiket masuk menjadi catatan tersendiri.

Pramono berharap ke depan akan ada perbaikan sistem pengelolaan yang lebih baik, berbasis teknologi dan partisipasi masyarakat. Ia juga mendorong agar PRJ diperluas ke kota-kota besar lain dalam format mini fair sebagai upaya pemerataan ekonomi.

“Ke depan, PRJ bisa menjadi model pameran keliling. Kita perlu membuat ekonomi kreatif dan UMKM hidup bukan hanya di Jakarta, tapi juga di Surabaya, Medan, Makassar, hingga Jayapura,” ujar Pramono.

BAB 10: Penutup – PRJ sebagai Cermin Indonesia Maju

Jakarta Fair bukan hanya perayaan ulang tahun kota. Ia adalah cerminan semangat kebersamaan, kreativitas, dan gotong royong masyarakat Indonesia. Di tengah tantangan global dan domestik, PRJ menjadi oase pertumbuhan ekonomi yang merata dan inklusif.

Pramono Anung menutup pidatonya dengan harapan besar, “Semoga PRJ selalu menjadi ajang bagi kita untuk bersatu, tumbuh bersama, dan membuktikan bahwa ekonomi Indonesia bisa bangkit dari rakyat untuk rakyat.”


KESIMPULAN

Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2025 menjadi penanda penting kebangkitan ekonomi nasional. Kehadiran Sekretaris Kabinet Pramono Anung tidak hanya simbol dukungan pemerintah, tetapi juga pengakuan terhadap peran vital PRJ dalam mendorong pertumbuhan UMKM, industri kreatif, dan ekonomi kerakyatan.

Dengan semangat inovasi dan inklusi, PRJ 2025 membuktikan bahwa ajang pameran tidak hanya ajang jual beli, tetapi juga medium transformasi sosial dan ekonomi. Di tengah pesatnya tantangan zaman, PRJ terus hadir sebagai saksi dan pelaku dalam membangun masa depan ekonomi Indonesia yang tangguh dan berdaya saing.

Baca Juga : Hingga Kuartal I 2025, Penjualan dan Sewa Apartemen di Jakarta Lesu: Analisis Penyebab dan Dampaknya bagi Pasar Properti

Related Articles

Back to top button